Kebudayaan Megalitik di Sulawesi
Kebudayaan yang berada di Sulawesi
sebagian besar adalah hasil dari kebudayaan megalitik yang mereka adopsi. Di
Sulawesi terdapat banyak sekali Bangunan megalitik yang fungsinya sebagian besar digunakan untuk pemujaan..
Bentuk bangunan ini bermacam-macam dan meskipun sebuah bentuk berdiri sendiri
ataupun beberapa bentuk merupakan suatu kelompok, maksud pendirian bangunan
tersebut tidak luput dari latar belakang
pemujaan bagi yang sudah
mati. Tempat penguburan itu antara lain kalamba, waruga, sarkofagus, batu
kandang, temugelang, dan kubur batu. Sebagai pelengkap terdapat bangunan
menhir, patung nenek
moyang, batu saji, lumpang batu,
batu lesung, batu dakon, pelinggih batu, tembok batu atau jalan berlapis batu.
1. Dolmen
Fungsi
dolmen tidak hanya sebagai tempat menaruh sesaji saja. Beberapa varasi bentuk
dolmen dapat digunakan sebagai tempat penguburan, digunakan sebagai pelinggih,
tempat duduk kepala suku atau raja dan dipandang sebagai tempat keramat saat
pelaksanaan upacara adat.
Menurut pengamatan Van der Hoop dolmen yang paling baik atau paling ideal
adalah dolmen yang berukuran 3 X 3m dengan tebal 7 cm yang berdiri di atas 4
buah batu penenggang.
2. Menhir
Menhir
merupakan batu tegak yang telah atau belum dikerjakan, dan diletakkan dengan
sengaja di suatu tepat untuk memperingati orang yang telah mati. Menhir
dianggap sebagai medium penghormatan, menampungg kedatangan roh sekaligus
menjadi lambang orang yang dihormati. Salah satu kompleks menhir yang terkenal
terdapat di Bori Kalimbuang, Toraja, Sulawesi Selatan.
Di
kawasan ini terdaat 102 buah menhir berbagai ukuran. Bori’Kalimbuang adalah objek wisata
yang terletak di sebelah utara kota Rantepao, Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Objek wisata utamanya adalah Rante Kalimbuang yang merupakan tempat upacara
pemakaman secara adat yang dilengkapi dengan menhir alias megalit. Dalam bahasa
Toraja disebut Simbuan Datu. Ada 102 batu menhir di sini, terdiri dari 24 batu
berukuran besar, 24 ukuran sedang dan 54 kecil. Setiap simbuang batu dibuat
saat upacara penguburan tingkat tertentu dilaksanakan bagi seorang pemuka
masyarakat, yaitu pada tingkat Rapasan Sapurandanan (kerbau yang dipotong
sekurang-kurangnya 24 ekor). Besar kecilnya ukuran batu menhir ini tidak
menjadi masalah karena secara adat mereka memiliki nilai kepercayaan dan
prestise yang sama.
Arca-arca
menhir ini digambarkan dalam bentuk yang sederhana dan umumnya berbentuk kepala
sampai badan, dengan kaki atau tanpa adanya kaki, kadang-kadang juga tanpa
tangan. Badan, biasanya digambarkan dengan bentuk bulat, tangan dipahat sangat
sederhana menuju kemaluannya. Dengan ciri khas hidung pesek dan besar. Mata
digambarkan bulat, lonjong , maupun oval yang kadang penggambarannya melotot.
Mulut tidak digambarkan, alis melengkung tebal, telinga kadang-kadang tidak ada,
dan pada bagian dahinya kadang terlihat seperti ada tali kepala (tali bonto),
dan ciri khas lain adalah penggambaran kemlauannya yang sangat menonjol.
3.
Kalamba
Kalamba ini
banyak ditemukan di daerah Sulawesi tepatnya lagi pada bagian Sulawesi Tengah.
Kalamba sering disebut dengan batu tong atau berbentuk wadah (stone vats) dan tutup dari kalamba
disebut tuatena. Kalamba ini
merupakan bongkahan batu besar yang sengaja dibentuk meneyerupai tong dan
memiliki lubang yang cukup dalam dan berfungsi sebagai wadah kubur bagi
masyarakat Sulawesi dan terkhususnya masyarakat Sulawesi Tengah. Wadah kalamba
juga mempunyai ukuran yang bervariasi, diantaranya:
·
Garis tengah sekitar 270cm dan tinggi
142cm.
·
Garis tengah sekitar 216cm dan tinggi
180cm.
·
Garis tengah 187cm dengan tinggi 470cm.
Dari ketiga
jenis kalamba tadi banyak ditemukan di Situs Pokekea yang ada di Sulawesi
Tengah. Hiasan hiasan yang berada di dalam Kalamba ini tidak hanya bersifat
keindahan saja, namun juga lebih bersifat magis (unsur kepercayaan) Seperti yang
pernah diungkapkan oleh Sukendar (1987: 65) menyatakan bahwa bangunan kalamba
yang relief-reliefnya dipahat di pinggir kalamba maupun di dalam kalamba ini
tidak hanya mementingkan unsur keindahan, religius magis merupakan tujuan yang
paling utama. Kalamba beserta tutupnya ini terbuat dari bahan batuan jenis mollase (batua berpasir).
4.
Lumpang Batu
Lumpang batu
merupakan batu yang permukaannya datar dan di bagian tengahnya dipahat hingga
berbentuk lubang dan berfungsi sebagai tempat penumbuk biji-bijian yang ingin
dihaluskan atau dikupas. Lubang lumpang batu ini biasanya bulat rata-rata
dengan garis tengahnya antara 25-50cm. Lumpang batu ini sering disebut stone mortars dalam bahasa inggrisnya.
Menurut W.J. Perry (1938) dalam bukunya Megalithic
Finds in Central Celebes mengatakan bahwa lumpang batu di daerah Sulawesi
khususnya Sulawesi Tengah ini berfungsi untuk menumbuk biji-bijian, misalnya
jagung atau padi.
5.
Tumulus
Tumulus ini
merupakan gundukan tanah yang biasanya berdiameter 480 cm-870 cm dengan tinggi
40 cm-50 cm. Dalam tumulus ini sering ditemukan dolmen yang fungsinya sebagai
wadah kubur.
6.
Kubur punden
Kubur punden
ini hanya terdiri berupa tanah datar yang dibatasi oleh nisan yang diperkirakan
terletak dibagian kepala dan kaki dari jenazah yang salah satu batu nisannya
tadi menjadi temapt menaruh sesaji. Biasanya ukuran dari kubur punden 200 cm dan
jarak antara kubur punden 1 dan 2 berkisar 360 cm.
7.
Kelompok tiang batu berstruktur
Kelompok batu
berstruktur ini berupa tiang batu atau batu tegak atau juga batu datar yang
mempunyai pola susunan segi empat atau persegi yang berfungsi sebagai landasan
tiang suatu bangunan.
DAFTAR
RUJUKAN
Suprapta, B. 1991. Ikhtisar
Prasejarah Indonesia: Pendekatan Model Konsepsi Teknologi.
Laboratorium
Sejarah FPIPS IKIP MALANG. Malang.
Soekmono, R. 1973. Pengantar
Sejarah kebudayaan Indonesia 1. Kanisius. Jogjakarta.
Kartodirdjo, S dkk. 1975. Sejarah Nasional Indonesia I. Departemen Pendidikan dan
kebudayaan.
Jakarta.
Soejono. 2008. Sejarah
Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah. Balai Pustaka. Jakarta.
0 comments:
Post a Comment