Wednesday 17 October 2012

Kebudayaan Megalitik di Sulawesi

Kebudayaan Megalitik di Sulawesi

            Kebudayaan yang berada di Sulawesi sebagian besar adalah hasil dari kebudayaan megalitik yang mereka adopsi. Di Sulawesi terdapat banyak sekali Bangunan megalitik yang fungsinya sebagian besar digunakan untuk pemujaan.. Bentuk bangunan ini bermacam-macam dan meskipun sebuah bentuk berdiri sendiri ataupun beberapa bentuk merupakan suatu kelompok, maksud pendirian bangunan tersebut tidak luput dari latar belakang pemujaan bagi yang sudah mati. Tempat penguburan itu antara lain kalamba, waruga, sarkofagus, batu kandang, temugelang, dan kubur batu. Sebagai pelengkap terdapat bangunan menhir, patung nenek moyang, batu saji, lumpang batu, batu lesung, batu dakon, pelinggih batu, tembok batu atau jalan berlapis batu.
1.      Dolmen
           Fungsi dolmen tidak hanya sebagai tempat menaruh sesaji saja. Beberapa varasi bentuk dolmen dapat digunakan sebagai tempat penguburan, digunakan sebagai pelinggih, tempat duduk kepala suku atau raja dan dipandang sebagai tempat keramat saat pelaksanaan upacara adat. Menurut pengamatan Van der Hoop dolmen yang paling baik atau paling ideal adalah dolmen yang berukuran 3 X 3m dengan tebal 7 cm yang berdiri di atas 4 buah batu penenggang.
2.      Menhir
Menhir merupakan batu tegak yang telah atau belum dikerjakan, dan diletakkan dengan sengaja di suatu tepat untuk memperingati orang yang telah mati. Menhir dianggap sebagai medium penghormatan, menampungg kedatangan roh sekaligus menjadi lambang orang yang dihormati. Salah satu kompleks menhir yang terkenal terdapat di Bori Kalimbuang, Toraja, Sulawesi Selatan.
Di kawasan ini terdaat 102 buah menhir berbagai ukuran. Bori’Kalimbuang adalah objek wisata yang terletak di sebelah utara kota Rantepao, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Objek wisata utamanya adalah Rante Kalimbuang yang merupakan tempat upacara pemakaman secara adat yang dilengkapi dengan menhir alias megalit. Dalam bahasa Toraja disebut Simbuan Datu. Ada 102 batu menhir di sini, terdiri dari 24 batu berukuran besar, 24 ukuran sedang dan 54 kecil. Setiap simbuang batu dibuat saat upacara penguburan tingkat tertentu dilaksanakan bagi seorang pemuka masyarakat, yaitu pada tingkat Rapasan Sapurandanan (kerbau yang dipotong sekurang-kurangnya 24 ekor). Besar kecilnya ukuran batu menhir ini tidak menjadi masalah karena secara adat mereka memiliki nilai kepercayaan dan prestise yang sama.
Arca-arca menhir ini digambarkan dalam bentuk yang sederhana dan umumnya berbentuk kepala sampai badan, dengan kaki atau tanpa adanya kaki, kadang-kadang juga tanpa tangan. Badan, biasanya digambarkan dengan bentuk bulat, tangan dipahat sangat sederhana menuju kemaluannya. Dengan ciri khas hidung pesek dan besar. Mata digambarkan bulat, lonjong , maupun oval yang kadang penggambarannya melotot. Mulut tidak digambarkan, alis melengkung tebal, telinga kadang-kadang tidak ada, dan pada bagian dahinya kadang terlihat seperti ada tali kepala (tali bonto), dan ciri khas lain adalah penggambaran kemlauannya yang sangat menonjol.
3.      Kalamba
Kalamba ini banyak ditemukan di daerah Sulawesi tepatnya lagi pada bagian Sulawesi Tengah. Kalamba sering disebut dengan batu tong atau berbentuk wadah (stone vats) dan tutup dari kalamba disebut tuatena. Kalamba ini merupakan bongkahan batu besar yang sengaja dibentuk meneyerupai tong dan memiliki lubang yang cukup dalam dan berfungsi sebagai wadah kubur bagi masyarakat Sulawesi dan terkhususnya masyarakat Sulawesi Tengah. Wadah kalamba juga mempunyai ukuran yang bervariasi, diantaranya:
·         Garis tengah sekitar 270cm dan tinggi 142cm.
·         Garis tengah sekitar 216cm dan tinggi 180cm.
·         Garis tengah 187cm dengan tinggi 470cm.
Dari ketiga jenis kalamba tadi banyak ditemukan di Situs Pokekea yang ada di Sulawesi Tengah. Hiasan hiasan yang berada di dalam Kalamba ini tidak hanya bersifat keindahan saja, namun juga lebih bersifat magis (unsur kepercayaan) Seperti yang pernah diungkapkan oleh Sukendar (1987: 65) menyatakan bahwa bangunan kalamba yang relief-reliefnya dipahat di pinggir kalamba maupun di dalam kalamba ini tidak hanya mementingkan unsur keindahan, religius magis merupakan tujuan yang paling utama. Kalamba beserta tutupnya ini terbuat dari bahan batuan jenis mollase (batua berpasir).
4.      Lumpang Batu
Lumpang batu merupakan batu yang permukaannya datar dan di bagian tengahnya dipahat hingga berbentuk lubang dan berfungsi sebagai tempat penumbuk biji-bijian yang ingin dihaluskan atau dikupas. Lubang lumpang batu ini biasanya bulat rata-rata dengan garis tengahnya antara 25-50cm. Lumpang batu ini sering disebut stone mortars dalam bahasa inggrisnya. Menurut W.J. Perry (1938) dalam bukunya Megalithic Finds in Central Celebes mengatakan bahwa lumpang batu di daerah Sulawesi khususnya Sulawesi Tengah ini berfungsi untuk menumbuk biji-bijian, misalnya jagung atau padi.
5.      Tumulus
Tumulus ini merupakan gundukan tanah yang biasanya berdiameter 480 cm-870 cm dengan tinggi 40 cm-50 cm. Dalam tumulus ini sering ditemukan dolmen yang fungsinya sebagai wadah kubur.
6.      Kubur punden
Kubur punden ini hanya terdiri berupa tanah datar yang dibatasi oleh nisan yang diperkirakan terletak dibagian kepala dan kaki dari jenazah yang salah satu batu nisannya tadi menjadi temapt menaruh sesaji. Biasanya ukuran dari kubur punden 200 cm dan jarak antara kubur punden 1 dan 2 berkisar 360 cm.
7.      Kelompok tiang batu berstruktur
Kelompok batu berstruktur ini berupa tiang batu atau batu tegak atau juga batu datar yang mempunyai pola susunan segi empat atau persegi yang berfungsi sebagai landasan tiang suatu bangunan.

DAFTAR RUJUKAN
Suprapta, B. 1991. Ikhtisar Prasejarah Indonesia: Pendekatan Model Konsepsi Teknologi.
            Laboratorium Sejarah FPIPS IKIP MALANG. Malang.
Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah kebudayaan Indonesia 1. Kanisius. Jogjakarta.
Kartodirdjo, S dkk. 1975. Sejarah Nasional Indonesia I. Departemen Pendidikan dan
            kebudayaan. Jakarta.
Soejono. 2008. Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah. Balai Pustaka. Jakarta.

0 comments:

Post a Comment