Kebudayaan
Megalitik
Kebudayaan
Megalitik merupakan kebudayaan yang awal kemunculannya berada antara zaman
neolitik akhir dan awal perkembangan zaman logam (perundagian). Pengertian dari
megalitik sendiri adalah “mega” yang berarti besar, dan “lithik atau lithos”
yang berarti batu jadi kalu dirangakaikan berarti sebuah zaman yang
menghasilkan kebudayaan atau bangunan yang
umumnya terbuat dari batu-batu besar. Kebudayaan megalitik ini sering
diartikan sebagai hasil kebudayaan zaman megalitik yang sebagian
besarberorientasi kepada unsur-unsur kepercayaan. Namun, ada suatu sanggahan
dari seorang tokoh yang menyatakan tidak hanya batu besar saja yang
melambangkan kepercayaan, batu kecilpun juga bisa. Seorang tokoh Fris A. Wagner
(1959: 23-25) menyatakan bahwa “megalitik yang diartikan sebagai batu besar
akan dapat menimbulkan pengertian keliru, karena objek-objek yang berasal dari
batu yang lebih kecilpun dapat dimaksudkan ke dalam klasifikasi megalitik,
apabila objek-objek tersebut jelas dibuat dengan tujuan sakral yaitu ada unsur
pemujaan terhadap leluhur atau neneak moyang”.
Batu-batu
di kebudayaan megalitik ini biasanya
tidak dikerjakan secara halus, hanya
diratakan secara kasar saja untuk mendapat bentuk yang diperlukan. Di Indonesia
sampai saat ini masih
terdapat kebudayaan megalitik yang masih hidup seperti di Nias, Sumba, Flores.
Kebudayaan megalitikum juga terdapat di Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Di Sumatra
terletak di dataran tinggi Pasemah. Kebudayaan megalitik yang ditemukan adalah sekumpulan besar arca-arca, menhir,
dolmen, dll. Di Jawa terdapat di daerah Besuki. Peninggalannya berupa pandhusa
yaitu dolmen yang dibawahnya berisi kubur batu. Di Wonosari, Cepu, Cirebon ditemukan kubur-kubur batu
sedangkan di Bali ditemukan sarchofagus.
Di dalam kubur batu dan sarkopagus tersebut ditemukan tulang-tulang manusia
bersama dengan bekal
kubur seperti nekara, keramik, perhiasan, manik-manik dll (Soekmono 1973:
72-75).
Tradisi
pendirian bangunan megalitik selalu berdasarkan kepercayaan tentang adanya
hubungan antara yang hidup dan yang mati, terutama kepercayaan akan adanya
pengaruh yang kuat dari yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan
kesuburan tanaman. Bangunan megalitik tesebar luas di Asia Tenggara. Tradisi
pendirian bangunan megalitik sekarang sebagian
telah musnah dan ada yang masih berlangsung.
Zaman megalitik dibagi
menjadi 2 yaitu:
1. Megalitik
Tua
Megalitik tua
berlangsung pada masa Neolitik.
Megalitik tua ini muncul kurang lebih tahun
2500-1500 sebelum
masehi. Alat
yang dihasilkan adalah beliung persegi dan mulai membuat benda-benda atau
bangunan yang disusun dari batu besar seperti dolmen, undak batu, limas, tembok
batudan jalan batu.
2. Megalitik
Muda
Megalitik muda
berlangsung pada masa Perundagian. Megalitik
muda ini bertanggalkan tahun ribuan pertama setelah masehi. Alat
yang dihasilkan adalah kubur batu, dolmen, sarkofagus, dan bajana batu.
Kebudayaan megalitik ditandai dengan berbagai hal,
diantaranya:
·
Adanya
konsepsi kepercayaan tentang kehidupan sesudah mati dan pemujaan tehadap roh.
·
Banyak
dihasilkan benda-benda atau peralatan berbau megalitik sebagai bekal kubur,
diantaranya dolmen, sarkofagus, waruga dan lain-lain.
·
Adanya
konsep tentang kekuatan sakti akan roh atau arwah nenek moyang.
·
Sudah
mengenal upacara penguburan yang sakral yang bersifat kompleks dan adanya
hubungan antara manusia di dunia yang masih hidup dan arwah leluhur mereka yang
mempercayai bahwa ketika nanti bisa turun dan menolong serta memberikan
keberkahan dalam kehidupan.
·
Adanya
sikap menghoramati kepada tokoh-tokoh yang dipuja dan roh-roh agar mereka bisa
meminta bantuan atau pertolongan jikalau susah atau sulit dalam menjalani
kehidupan.
·
Munculnya
sikap tunduk dan rasa hormat terhadap roh nenk moyang dengan mengaplikasikannya
dalam pendirian objek-objek atau sarana dalam melakukan pemujaan.
·
Munculnya
suatu sikap percaya bahwa kehidupan roh nenek moyang disana juga terdapat
sebuah kehidupan yang juga memerlukan berbagai peralatan-peralatan bagi
kehidupan mereka disana.
DAFTAR
RUJUKAN
Suprapta, B. 1991. Ikhtisar
Prasejarah Indonesia: Pendekatan Model Konsepsi Teknologi.
Laboratorium
Sejarah FPIPS IKIP MALANG. Malang.
Soekmono, R. 1973. Pengantar
Sejarah kebudayaan Indonesia 1. Kanisius. Jogjakarta.
Kartodirdjo, S dkk. 1975. Sejarah Nasional Indonesia I. Departemen Pendidikan dan
kebudayaan.
Jakarta.
Soejono. 2008. Sejarah
Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah. Balai Pustaka. Jakarta.
0 comments:
Post a Comment